Selasa, 20 Juli 2010

Kisah: Sayur Mayur Berharga

Beberapa hari yang lalu saya berkunjung ke tempat saudara yang tinggal di Kota Banjarnegara. Kota itu kecil, tenang, nyaman dan menyimpan banyak kenangan untukku. Dulu di masa anak-anak sering saya menghabiskan masa liburan sekolah ditempat saudara di Banjarnegara.

Berbagi cerita dan bertukar pengalaman, itulah yang dilakukan kami setelah hampir sepuluh tahun tidak mengunjungi mereka. Saya salut dengan ceritanya kakak perempuan saya waktu itu. Ia menceritakan tentang pengalamannya menjadi seorang petani.


Ia bertani sayur mayur di daerah pegunungan di Banjarnegara. Waktu itu ia menanam kubis, kentang, sawi, dan aneka sayur mayur lainnya. Disaat panen datang, ternyata harga perkilo untuk kubis hanya Rp 1.000, -. Kakakku hanya bisa mengelus dada. Biaya untuk menanam dan merawat pastilah tidak akan lebih besar bila kubis-kubis itu dijualnya. Hasil penjualannya tidak bisa menutupi biaya perawatannya. Jadinya rugi. Tapi hal tersebut tidak menjadikan ia gentar untuk memanen kubis-kubis itu. Ia memanennya tapi untuk orang lain.

Ya ia tetap memanennya, tapi yang memanennya para tetangga nya. Para tetangganya itu diberi kebebasan untuk memanen kubis-kubis kakak saya. Mereka boleh mengambil sepuasnya dan menjualnya sesuai dengan yang diinginkannya. Saya hanya terbengong –bengong waktu diceritakan hal tersebut..

Ia kemudian melanjutkan ceritanya. Ia lebih baik memanennya dan diberikan kepada para tetangganya untuk disedekahkan. Daripada ia memanen sendiri. Yang kemudian dijual dengan harga pasar. Kerugian yang ia dapat, dan keluh kesah yang ia lakukan.

Ia memilih menyedekahkan semua sayur mayur tersebut. Ia memilih yang terbaik. Untuk kemudian mendapatkan ganti yang berlipat –lipat. Kasih sayang Allah. Dan kasih sayang para tetangganya. Subhanalloh.


Sumber gambar: primaironline.com

0 komentar: