Minggu, 23 Mei 2010

Saya tidak Setuju Pendapat Anda Ustadz...!

Saya senang dengan isi tausiah yang beliau sampaikan. Tentang bagaimana beristiqamah dalam mempertahankan Iman dan Islam di hati.
Tapi saya tidak menyetujui disaat beliau menjawab pertanyaan sehubungan dengan kepemimpinan dalam Islam. Beliau katakan bahwa Pimpinan global dalam Islam tidak menjadi suatu kewajiban untuk mewujudkannya. Bayangkan jika ada banyak yang muncul dari beberapa Negara yang membuat pernyataan dan maklumat bahwa telah terbentuk Khalifah-Khalifah di Negara mereka masing-masing? Tentu Ummat akan terpecah-belah. Jika terjadi hal demikian disaat terjadi perpecahan yang beliau maksud maka berlarilah menghindar dan hiduplah walau disana hanya menjalankan sunnah sendiri....

Selanjutnya beliau menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan Pemerintahan yang menggunakan hukum sendiri. Beliau katakan itu hal yang sah-sah saja dan bukanlah bentuk kesalahan. Toh juga dari kita juga pasti masing-masing punya salah.

Kalau demikian saya akan bertanya:
Dalam Islam jangankan hal yang besar, masuk WC pun ada aturan dan etika-etika yang patut dilaksanakan. Misalnya masuk WC dengan kaki kiri dan keluar dengan kaki kanan. Bagaimana kalau masuk-keluar dengan kaki sebaliknya? Kayaknya tiada masalah. Nah, hal kecil demikian sudah diatur Islam lalu mustahil dalam hal persatuan dalam wadah kekhalifahan dibawah satu Pimpinan tidak diatur oleh Allah? Bukankah ini masalah besar? Lalu kenapa setiap shalat kita dianjurkan berjama'ah dan ada imam yang memimpin? Bukankah shalat jama'ah saja sudah banyak menghadirkan nilai plus daripada sendirian? Dan untuk melaksanakan ada seorang imam? Disaat kita safar patutlah ada seorang Amir (pemimpin) yang diangkat sebagai penanggungjawab dalam perjalanan. Itu hal yang sangat sederhana, lalu mustahil Allah tidak mengatur bahwa Ummat Islam dimuka Bumi ini harus dipimpin atau alias lepas begitu saja mengerjakan amal shaleh tanpa pemimpin asal sesuai syariat dan sunnah saja? Lalu siapa yang akan memperingatkan kita jika dalam jalur yang salah? Bagaimana kalau kita diserang musuh? Siapa yang akan mengomando kita? Apakah outomatis jadi formasi barisan pejuang tanpa ada persiapan sebelumnya?

Sekarang yang kedua, sebagian Da'i sependapat bahwa hukum yang tidak berlandaskan Al Qur'an adalah Thaghut, lalu beliau mengatakan itu sah-sah saja? Hai hai, padahal Allah telah menjelaskan bahwa Allah mewakili orang-orang beriman lalu mengajak dari kegelapan kepada cahay, sedangkan thaghut adalah perwakilan orang-orang kafir, mengajak kepada sebaliknya?

Ummat tidak bisa berjalan dengan outomatis. Allah yang Maha Mengatur segalanya lewat perantaraan usaha Ummat, bukanlah jadi sendiri.

Silahkan dipikirkan....

(pemberi tausiah adalah seorang lulusan Mesir bertittle LC, perawakan beliau cerdas tapi dalam kategori terakhir ini saya tidak setuju)

0 komentar: