Sabtu, 21 Agustus 2010

Tausiah Khalifah Khilafatul Muslimin










Rabu, 18 Agustus 2010

Jika Kau menjadi Istriku Nanti

Jika seorang lelaki ingin menarik hati seorang wanita, biasanya yang ditebarkan adalah berjuta-juta kata puitis bin manis, penuh janji-janji untuk memikat hati, "Jika kau menjadi istriku nanti, percayalah aku satu-satunya yang bisa membahagiakanmu," atau "Jika kau menjadi istriku nanti, hanya dirimu di hatiku" dan "bla...bla...bla..." Sang wanita pun tersipu malu, hidungnya kembang kempis, sambil menundukkan kepala, "Aih...aih..., abang bisa aja." Onde mande, rancak bana !!!

Lidah yang biasanya kelu untuk berbicara saat bertemu gebetan, tiba-tiba jadi luwes, kadang dibumbui 'ancaman' hanya karena keinginan untuk mendapatkan doi seorang. Kalo ada yang coba-coba main mata ama si doi, "Jangan macem-macem lu, gue punya nih!" Amboi... belum dinikahi kok udah ngaku-ngaku miliknya dia ya? Lha, yang udah nikah aja ngerti kalo pasangannya itu sebenarnya milik Allah SWT.

Emang iya sih, wanita biasanya lebih terpikat dengan lelaki yang bisa menyakinkan dirinya apabila ntar udah menikah bakal selalu sayang hingga ujung waktu, serta bisa membimbingnya kelak kepada keridhoan Allah SWT. Bukan lelaki yang janji-janji mulu, tanpa berbuat yang nyata, atau lelaki yang gak berani mengajaknya menikah dengan 1001 alasan yang di buat-buat.

Kalo lelaki yang datang serta mengucapkan janjinya itu adalah seseorang yang emang kita kenal taat ibadah, akhlak serta budi pekertinya laksana Rasulullah SAW atau Ali bin Abi Thalib r.a., ini sih gak perlu ditunda jawabannya, cepet-cepet kepala dianggukkan, daripada diambil orang lain, iya gak? Namun realita yang terjadi, terkadang yang datang itu justru tipe seperti Ramli, Si Raja Chatting, atau malah Arjuna, Si Pencari Cinta, yang hanya mengumbar janji-janji palsu, lalu bagaimana sang wanita bisa percaya dan yakin dengan janjinya?

Nah...
Berarti masalahnya adalah bagaimana cara kita menjelaskan calon pasangan untuk percaya dengan kita? Pusying... pusying... gimana caranya ya? Ih nyantai aja, semua itu telah diatur dalam syariat Islam kok, karena caranya bisa dengan proses ta'aruf. Apa sih yang harus dilakukan dalam ta'aruf? Apa iya, seperti ucapan janji-janji seperti diatas?

Ta'aruf sering diartikan 'perkenalan', kalau dihubungkan dengan pernikahan maka ta'aruf adalah proses saling mengenal antara calon laki-laki dan perempuan sebelum proses khitbah dan pernikahan. Karena itu perbincangan dalam ta'aruf menjadi sesuatu yang penting sebelum melangkah ke proses berikutnya. Pada tahapan ini setiap calon pasangan dapat saling mengukur diri, cocok gak ya dengan dirinya. Lalu, apa aja sih yang mesti diungkapkan kepada sang calon saat ta'aruf?

1. Keadaan Keluarga
Jelasin ke calon pasangan tentang anggota keluarga masing-masing, berapa jumlah sodara, anak keberapa, gimana tingkat pendidikan, pekerjaan, dll. Bukan apa-apa, siapa tahu dapat calon suami yang anak tunggal, bokap ama nyokap kaya 7 turunan, sholat dan ibadahnya bagus banget, guanteng abis, lagi kuliah di Jepang (ehm), pokoknya selangit deh! Kalo ketemu tipe begini, sebelum dia atau mediatornya selesai ngomong langsung kasih kode, panggil ortu ke dalam bentar, lalu bilang "Abi, boljug tuh kaya' ginian jangan dianggurin nih. Moga-moga gak lama lagi langsung dikhitbah ya Bi, kan bisa diajak ke Jepang!" Lho? :D

2. Harapan dan Prinsip Hidup
Warna kehidupan kelak ditentukan dengan visi misi suatu keluarga lho, terutama sang suami karena ia adalah qowwan dalam suatu keluarga. Sebagai pemimpin ia laksana nahkoda sebuah bahtera, mau jalannya lempeng atau sradak-sruduk, itu adalah kemahirannya dalam memegang kemudi. Karena itu setiap calon pasangan kudu tau harapan dan prinsip hidup masing-masing. Misalnya nih, "Jika kau menjadi istriku nanti, harapanku semoga kita semakin dekat kepada Allah" atau "Jika kau menjadi istriku nanti, mari bersama mewujudkan keluarga sakinah, rahmah, mawaddah." Kalo harapan dan janjinya seperti ini, kudu' diterima tuh, insya Allah janjinya disaksikan Allah SWT dan para malaikat. Jadi kalo suatu saat dia gak nepatin janji, tinggal didoakan, "Ya Allah... suamiku omdo nih, janjinya gak ditepatin, coba deh sekali-kali dianya...," hush...! Gak boleh doakan suami yang gak baik lho, siapa tahu ia-nya khilaf kan?

3. Kesukaan dan Yang Tidak Disukai
Dari awal sebaiknya dijelasin apa yang disukai, atau apa yang kurang disukai, jadinya nanti pada saat telah menjalani kehidupan rumah tangga bisa saling memahami, karena toh udah dijelaskan dari awalnya. Dalam pelayaran bahtera rumah tangga butuh saling pengertian, contoh sederhananya, istri yang suka masakan pedas sekali-kali masaknya jangan terlalu pedas, karena suaminya kurang suka. Suami yang emang hobinya berantakin rumah (karena lama jadi bujangan), setelah menikah mungkin bisa belajar lebih rapi, dll. Semua ini menjadi lebih mudah dilakukan karena telah dijelaskan saat ta'aruf. Namun harus diingat, menikah itu bukan untuk merubah pasangan lho, namun juga lantas bukan bersikap seolah-olah belum menikah. Perubahan sikap dan kepribadian dalam tingkat tertentu wajar aja-kan? Dan juga hendaknya perubahan yang terjadi adalah natural, tidak saling memaksa.

4. Ketakwaan Calon Pasangan
Apa yang terpenting pada saat ta'aruf? Yang mestinya menduduki prioritas tertinggi adalah bagaimana nilai ketakwaan lelaki tersebut. Ketakwaan disini adalah ketaatan kepada Allah SWT lho, bukan nilai 'KETAKutan WAlimahAN' :D Karena apabila seorang lelaki senang, ia akan menghormati istrinya, dan jika ia tidak menyenanginya, ia tidak suka berbuat zalim kepadanya. Gimana dong caranya untuk melihat lelaki itu bertakwa atau tidak? Tanyakan kepada orang-orang yang dekat dengan dirinya, misalnya kerabat dekat, tetangga dekat, atau sahabatnya tentang ketaatannya menjalankan ketentuan pokok yang menjadi rukun Iman dan Islam dengan benar. Misalnya tentang sholat 5 waktu, puasa Ramadhan, atau pula gimana sikapnya kepada tetangga atau orang yang lebih tua, dan lain-lain. Apalagi bila lelaki itu juga rajin melakukan ibadah sunnah, wah... yang begini ini nih, 'calon suami kesayangan Allah dan mertua.'

Inget lho, ta'aruf hanyalah proses mengenal, belum ada ikatan untuk kelak pasti akan menikah, kecuali kalau sudah masuk proses yang namanya khitbah. Nah kadang jadi 'penyakit' nih, karena alasan "Kan masih mau ta'aruf dulu..." lalu ta'rufnya buanyak buanget, sana-sini dita'arufin. Abis itu jadi bingung sendiri, "Yang mana ya yang mau diajak nikah, kok sana-sini ada kurangnya?"

Wah..., kalo nyari yang mulia seperti Khadijah, setaqwa Aisyah atau setabah Fatimah Az-Zahra, pertanyaannya apakah diri ini pun sesempurna Rasulullah SAW atau sesholeh Ali bin Abi Thalib r.a.? Nah lho...!!!

Apabila hukum pernikahan seorang laki-laki telah masuk kategori wajib, dan segalanya pun telah terencana dengan matang dan baik, maka ingatlah kata-kata bijak, 'jika berani menyelam ke dasar laut mengapa terus bermain di kubangan, kalau siap berperang mengapa cuma bermimpi menjadi pahlawan?'

Ya akhi wa ukhti fillah,
Semoga antum segera dipertemukan dengan pasangan hidup, dikumpulkan dalam kebaikan, kebahagiaan, kemesraan, canda tawa yang tak putus-putusnya mengisi rongga kehidupan rumah tangga. Kalaupun nanti ada air mata yang menetes, semoga itu adalah air mata kebahagiaan, tanda kesyukuran kepada Allah SWT karena Ia telah memberikan pasangan hidup yang selalu bersama mengharap keridhoan-Nya, aamiin allahumma aamiin.

Barakallahulaka barakallahu'alaika wajama'a bainakuma fii khairin.

Wallahu a'lam bishowab,

*IKATLAH ILMU DENGAN MENULISKANNYA*
Al-Hubb Fillah wa Lillah,

Abu Aufa

Dikutip dari: www.dudung.net

Minggu, 15 Agustus 2010

Setan Dibelenggu Nafsu Menghasutmu

ar Risalah: Ramadhan datang, kita pantas bergembira. Peluang pahala dibuka seluas-luasnya. Motivasi amal tercurah begitu melimpah, sementara penghalang utama disingkirkan sebulan lamanya. Pintu jannah dibuka, pintu neraka ditutup dan setan dibelenggu.

Tapi bukan berarti semua manusia menjadi ma’shum karenanya. Masih ada kemungkinan bagi mereka untuk berbuat dosa. Malah fakta yang biasa terulang, masih banyak maksiat terpampang di depan mata, dosa pun masih menjadi pemandangan yang biasa. Mengapa?

Masih ada bahaya latin pada diri manusia. Dia adalah musuh besar manusia, tapi dianggap tuan olehnya. Perintahnya diikuti, keinginannya dituruti dan pantangannya disingkiri. Dialah nafsu yang sebagian ulama menyebutnya dengan ‘aduwwun matbuu’, musuh yang diikuti.

Nafsu, Teman dan Tunggangan Setan
Nafsu disebut pula sebagai rafiiqusy syaithan, teman akrabnya setan. Nafsu punya kecenderungan bersenang-senang, lalu setan yang menyuguhkan progam maksiat yang menyenangkan. Atau setan lebih dulu memberikan tawaran menggiurkan, lalu nafsu datang memberikan sambutan. Maka antara setan dan nafsu ibarat sejoli yang saling melengkapi keinginan pasangannya.

Ulama yang lain menyebut nafsu sebagai markabusy syaithan atau mathiyyatusy syaithan, kendaraan setan. Karena tatkala setan hendak melancarkan serangan, dia akan memboncengi nafsu yang selaras dengan kesenangan yang memperdayakan. Melalui pintu nafsu pula setan bisa masuk dan menghembuskan bisikan.

Keduanya saling berperan dalam menyesatkan, maka, kelak di neraka masing-masing saling menuduh siapa ‘biang’ yang menjerumuskan manusia ke dalam neraka. Setan akan ‘cuci tangan’ atas ajakan yang pernah ia lakukan. Allah berfirman,

“Dan berkatalah syaitan tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan, “Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan akupun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya. sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekedar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku akan tetapi cercalah diri (nafsu)mu sendiri. aku sekali-kali tidak dapat menolongmu dan kamupun sekali-kali tidak dapat menolongku.” (QS Ibrahim 22)

Karakter nafsu memang tidak bersifat netral. Ia sudah memiliki kecondongan, yang jika dibiarkan akan terus mengarah kepada apa yang disenangi. Dan kecondongan nafsu itu menuju ke arah yang buruk. Inilah yang disebut dengan “nafsu ammaaratun bis suu’.” Seperti ucapan Nabi Yusuf alaihis salam yang dikisahkan oleh Allah,

“…karena Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Rabbku.” (QS Yusuf 53)

Memang tidak salah jika manusia memiliki kecenderungan dan kesenangan terhadap wanita, anak-anak, harta dari jenis emas, perak, kendaraan pilihan, binatang ternak dan sawah ladang. Bahkan semua itu bisa menjadi sarana untuk taat kepada Allah.

Akan tetapi, seringkali nafsu menghasut manusia untuk melampaui batas dari petunjuk wahyu. Nafsu tak puas hanya sebatas itu. Ia terus merengek agar bisa mengenyam segala kesenangan dengan cara yang haram, mengelola untuk tujuan yang haram, atau menyibukkan manusia dengan semua perhiasan itu, hingga mereka lalai dari berdzikir dan menghamba kepada Allah. Begitulah peranan nafsu dalam menyeret manusia menuju daerah larangan Allah.

Nafsu juga cenderung untuk berleha-leha, hanya menerima enaknya saja dan cenderung malas untuk berjuang dan berkorban, sementara ibadah kepada Allah menuntut total ketundukan dan pengorbanan. Karenanya, kemudian manusia enggan melakukan kewajiban dan keutamaan. Nafsu membuat kewajiban menjadi terabaikan.

Jika Dituruti, Tak Pernah Terpuasi
Sisi lain dari bahaya nafsu, ia tidak akan pernah terpuasi. Makin dituruti, makin liar pula mencari-cari. Nabi saw memberikan gambaran tentang nafsu manusia,

لَوْ كَانَ لاِبْنِ آدَمَ وَادِيَانِ مِنْ مَالٍ لاَبْتَغَى ثَالِثًا ، وَلاَ يَمْلأُ جَوْفَ ابْنِ آدَمَ إِلاَّ التُّرَابُ ، وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ تَابَ

“Andaikan anak Adam memiliki dua ladang emas, niscaya dia akan mencari ladang yang ketiga, dan tidak ada yang bisa memenuhi perut (keinginan) anak Adam kecuali tanah, dan Allah menerima taubat bagi siapa yang bertaubat.” (HR Bukhari)

Orang yang melampiaskan nafsunya di tempat yang haram, baik berkenaan dengan wanita, minuman keras atau mencari harta dengan jalan dosa, sulit baginya untuk berhenti. Bukan karena mereka merasa nikmat dengan apa yang telah mereka cicipi, tapi karena sulitnya mereka keluar dari kubangan syahwat dan kuatnya cengkeraman nafsu membelenggu. Dan nafsu tak akan puas hanya dengan satu jenis maksiat saja.

Ibnul Qayyim al-Juaziyah mengatakan, “Hendaknya orang yang berakal mengetahui bahwa orang yang menuruti kemauan syahwat, akan tergiur untuk berpindah dari satu jenis syahwat menuju syahwat yang lain. Pun ia tidak akan pernah puas karenanya, tetapi tidak pula kuasa untuk meninggalkan kebiasaannya. Karena seakan itu telah menjadi bagian hidup yang mesti di jalaninya. Untuk itu, Anda juga melihat bahwa orang yang terus mabuk khamr dan zina tidak pernah merasakan sepersepuluh kepuasan yang didapat orang lain dalam hidupnya.

Syeikh Ath-Thanthawi bahkan memberikan pengandaian yang lebih berani, “Seandainya diberikan kepada Anda seluruh harta Qarun, postur tubuh seperti Herkules dan disediakan untukmu sepuluh ribu wanita yang paling cantik dari berbagai warna kulit, bentuk dan berbagai sisi kecantikan, apakah Anda mengira telah cukup puas? Tidak, aku katakan dengan tegas, ‘tidak.., aku menulisnya dengan pena yang tajam. Akan tetapi, satu saja wanita yang halal untukmu niscaya cukup bagi Anda. Janganlah Anda menuntut bukti kepada saya, karena setiap kali Anda menoleh kepada kehidupan sekitar Anda niscaya Anda akan mendapatkan bukti yang valid, jelas dan kasat mata.”

Menyesali, Tapi Kembali Lagi
Ketika nafsu ‘menggolkan’ suatu dosa, hingga pemiliknya terjerumus ke dalamnya, bukan berarti nafsu tidak menyesalinya. Terkadang ia juga menyesal, tapi sebentar kemudian ia ketagihan lagi untuk meneguk cawan maksiat. Inilah yang disebut dengan ‘nafsul lawwaamah’. Allah berfirman,

“Dan aku bersumpah dengan jiwa yang Amat menyesali (dirinya sendiri).” (QS al-Qiyamah 2)

Ibnu Jarir menyimpulkan berbagai penafsiran tentang nafsul lawwaamah, “yakni nafsu yang suka menyesali perbuatan baik maupun perbuatan buruk dan menyesali apa yang telah berlalu.” Dia menyesal atas perbuatan buruk yang telah dikerjakan, atau perbuatan baik yang ia sia-siakan.

Ada kalanya, ada orang yang dirahmati Allah, penyesalan itu akan membawa pemiliknya untuk bertaubat dan melakukan perbaikan. Namun tak jarang pula yang tetap kembali dengan kebiasaan lama, mencebur kembali ke habitatnya yang kelam.

Nafsu Bisa Disapih
Nafsu itu seperti bayi, jika dibiarkan menyusu, ia tak mau berhenti. Tapi jika disapih, tak akan membuatnya celaka. Dengan dipandu oleh wahyu, dibimbing oleh syariat, nafsu yang liar bisa ditundukkan menjadi tenang. Ia akan ridha dalam ketaatan dan benci terhadap kemaksiatan. Inilah yang disebut dengan nafsul muthma’innah. Sebagaimana firman Allah,

“Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Rabbmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya…” (QS al-Fajr 27-28)

Ibnu Katsier rahimahullah menafsirkan nafsul muthma’innah dengan jiwa/nafsu yang tenang, teguh dan berjalan di atas kebenaran.

Dengan kata lain, syariat tidak ‘membunuh’ adanya potensi nafsu pada diri manusia, karena itulah fitrah bagi manusia. Tapi syariat mengarahkan nafsu kepada sesuatu yang bermanfaat, dan mencegahnya dari madharat. Allah melarang zina, tapi menghalalkan pernikahan dengan ketentuan yang rinci. Allah mengharamkan khamr, tapi masih lebih banyak minuman yang dihalalkan. Mengharamkan bangkai dan daging babi, tapi menghalalkan yang baik-baik yang juga disukai oleh nafsu, begitulah seterusnya.

Wal hasil, tantangannya sekarang adalah, mampukah kita mengendalikan nafsu agar tidak menjamah di luar batas yang dihalalkan oleh Allah. Semoga hadirnya Ramadhan menjadi momen penting bagi kita untuk menyapih hawa nafsu dan menundukkan dari sifat ammaratun bis suu’ menuju thuma’niinah. Wallahul muwaffiq. (Abu Umar Abdillah)

Sumber: http://www.arrisalah.net

Rabu, 11 Agustus 2010

Dalam Kehampaanku

Ini hanyalah sajak kenangan dua tahun lalu....


Saat aku harus memilih diantara jalan yang berliku

Saat aku harus mengambil keputusan yang amat kaku

Saat aku harus menemukan relung-relung qalbu

Saat aku harus menemukan kebahagiaan semu

Namun tak satupun jua yang dapat kutemui,

sekedar untuk menemaniku mengarungi samudera hidup

Samudera luas yang tak mengenal batas waktu

Kemana!!

Kemanakah orang-orang yang kukasihi

Kemanakah sosok manusia yang kusayangi

Semuanya pergi entah kemana

Meninggalkanku seorang diri

Dalam kehampaan dan kekosongan...

Aku sedih...

Aku menangis, menangis sejadi-jadinya

Tak ada yang memahamiku

Bahwa luka batinku semakin parah

Hingga putus asa mulai menghantuiku

Namun takdir berkata lain...,

Aku mulai sadar tentang banyak hal

Bahwa di dunia tak semata-mata benar

Namun juga tak selalunya salah

Semua bertumpuk pada suatu persepsi

Yang akan menentukan sebuah keputusan

Apakah ini benar ataukah ini salah

Maha Benar Al-Qur'an yang mengandung firman Tuhan

Yang mengungkapkan sebuah kalimat pernyataan

Bahwa tidak semua apa yang disangka manusia itu baik adalah baik

Namun tidak semua apa yang disangka manusia itu buruk adalah buruk

Kembalilah kepada Tuhanmu wahai hamba-hamba yang lemah

Kembalilah demi mendapatkan RidhoNya..

Kembalilah...

Dan kini,

Barulah aku menyadari

Aku menyadari bahwa Allah tempat segala-galanya

Tempat aku berlindung..

Tempat aku meminta..

Tempat mengharapkan kasih sayang..,

Berharap belaian cinta..,

Berharap sebuah kepastian..,

Yaa Allah ya Tuhanku..

Tolonglah hambaMu yang lemah ini

Bimbinglah hamba menuju jalanMu

Lindungilah...

Lindungilah hamba dari segala kejahatan

Jauhilah hamba dari segala kesedihan dan kesengsaraan

Jadikanlah hamba sosok makhluk yang teguh

Sebagaimana teguhnya hamba-hambaMu

Cintailah hamba yang penuh dengan kesalahan dan dosa

Maafkanlah hamba yang telah berbuat nista

Yang telah melupakanMu

Janganlah Engkau sia-siakan hambaMu

Dalam kehampaan dan kekosongan jiwa

Rindukanlah hamba pada kehidupan yang mulia

Dan jadikanlah kematian hamba dalam keadaan mulia

Dalam ridhoMu...

Cinta Seorang Gadis Buta

Ambillah hikmah dari kisah di bawah ini, apakah kita seperasaan menanggapinya.

Pada suatu hari ada seorang gadis buta yg sangat membenci dirinya sendiri. Karena kebutaannya itu. Tidak hanya terhadap dirinya sendiri, tetapi dia juga membenci semua orang kecuali kekasihnya.

Kekasihnya selalu ada disampingnya untuk menemani dan menghiburnya. Dia berkata akan menikahi gadisnya itu kalau gadisnya itu sudah bisa melihat dunia.

Suatu hari, ada seseorang yang mendonorkan sepasang mata kepada gadisnya itu Yang akhirnya dia bisa melihat semua hal, termasuk kekasih gadisnya itu .

Kekasihnya bertanya kepada gadisnya itu , ” Sayangggg … sekarang kamu sudah bisa melihat dunia. Apakah engkau mau menikah denganku?” Gadis itu terguncang saat melihat bahwa kekasihnya itu ternyata buta. Dan dia menolak untuk menikahi si pria pacar-nya itu yg selama ini sudah sangat setia sekali mendampingi hidupnya selama si gadis itu buta matanya.

Dan akhirnya si Pria kekasihnya itu pergi dengan meneteskan air mata, dan kemudian menuliskan sepucuk surat singkat kepada gadisnya itu, “Sayangku, tolong engkau jaga baik-baik ke-2 mata yg telah aku berikan kepadamu.”


*********************************

Kisah di atas memperlihatkan bagaimana pikiran manusia berubah saat status dalam hidupnya berubah. Hanya sedikit orang yang ingat bagaimana keadaan hidup sebelumnya dan lebih sedikit lagi yang ingat terhadap siapa harus berterima kasih karena telah menyertai dan menopang bahkan di saat yang paling menyakitkan.

Hidup adalah anugerah

Hari ini sebelum engkau berpikir untuk mengucapkan kata-kata kasar -
Ingatlah akan seseorang yang tidak bisa berbicara.

Sebelum engkau mengeluh mengenai cita rasa makananmu -
Ingatlah akan seseorang yang tidak punya apapun untuk dimakan.

Sebelum engkau mengeluh tentang suami atau isterimu -
Ingatlah akan seseorang yang menangis kepada Tuhan meminta pasangan hidup.

Hari ini sebelum engkau mengeluh tentang hidupmu -
Ingatlah akan seseorang yang begitu cepat pergi ke surga.

Sebelum engkau mengeluh tentang anak-anakmu -
Ingatlah akan seseorang yang begitu mengaharapkan kehadiran seorang anak, tetapi tidak mendapatnya.

Sebelum engkau bertengkar karena rumahmu yang kotor, dan tidak ada yang membersihkan atau menyapu lantai -
Ingatlah akan orang gelandangan yang tinggal di jalanan.

Sebelum merengek karena harus menyopir terlalu jauh -
Ingatlah akan sesorang yang harus berjalan kaki untuk menempuh jarak yang sama.

Dan ketika engkau lelah dan mengeluh tentang pekerjaanmu -
Ingatlah akan para penganguran, orang cacat dan mereka yang menginginkan pekerjaanmu.

Sebelum engkau menuding atau menyalahkan orang lain -
Ingatlah bahwa tidak ada seorang pun yang tidak berdosa dan kita harus menghadap pengadilan Tuhan.

Dan ketika beban hidup tampaknya akan menjatuhkanmu -
Pasanglah senyuman di wajahmu dan berterima kasihlah pada Tuhan karena engkau masih hidup dan ada di dunia ini.

Hidup adalah anugerah, jalanilah, nikmatilah, rayakan dan isilah itu dengan optimisme dan kerja keras.

Senin, 02 Agustus 2010

Belajar Akuntansi

Menuju Link Pembelajaran

Ini blog bagus milik rekan blogger. Semoga bermanfaat.